Perkembangan Perseptual
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus yang dimulai dari masa konsepsi sampai akhir hayat dan bersifat kualitatif.
B. Pengertian Perseptual
Perseptual adalah kemampuan memahami dan menginterprestasikan informasi sensori atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna yang diterima oleh panca indera.
C. Perkembangan Perseptual
Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat indra yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Informasi tentang objek penglihatan diterima melalui indra telinga, objek sentuhan melalui kulit, objek penciuman melalui indra hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indra-indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Secara garis besar ada tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yakni: sensasi, persepsi, dan atensi. Sensasi adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima (sensroty reseptors). Sensasi berlangsung di saat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara indrawi. Sebagai misal, sensasi pendengaran terjadi di saat ada gelombang-gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga sebelah luar dan diteruskanke bagian dalam syaraf pendengaran.
Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi. Misalnya, orang menjadi tahu kalau suara yang didengarnya itu adalah suara musik, suara mobil, suara binatang, dan sejenisnya. Dalam prosesnya, sensasi dan persepsi itu mungkin sulit untuk dipisahkan. Artinya, kedua proses itu merupakan sesuatu yang berlangsung secara bersamaan. Atensi mengacu kepada selektivitas persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju kepada suatu objek atau informasi dengan mengabaikan objek-objek lainnya.
Dilihat dari keragaman indra penerima informasi, persepsi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yakni persepsi visual atau penglihatan, persepsi pendengaran, dan persepsi-persepsi minor lainnya.
1. Persepsi Visual
Persepsi visual adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan. Persepsi ini sangat mengutamakan peran indra penglihatan (mata) dalam proses peseptualnya. Dengan demikian, proses perkembangannya sangat tergantung kepada fungsi indra mata.
Menurut Atkison & Bradick (Haywood, 1986), bayi sudah bisa melihat namun masih sangat kabur. Pada usia satu bulan pertama ketajaman penglihatan adalah sekitar 5% dari ketajaman penglihatan orang dewasa. Selama awal 6 bulan pertama terjadi perbaikan yang cepat sekali dalam hal akomodasi (accomodation), sensitivitas terhadap hal-hal yang bertolak belakang (contrast sensitivity), dan ketajaman (acuity) penglihtan.
Akomodasi adalah proses penyesuaian bentuk lensa mata terhadap objek yang dilihat sesuai dengan jarak penglihatannya. Bayi menunjukkan respons akomodasi yang akurat pada usia 5-6 bulan. Sensitivitas kontras menggambarkan daya sensitivitas penglihatan terhadap hal-hal yang bertolak belakang, seperti gelap dan terang. Ketajaman penglihatan (acuity) ditentukan oleh jumlah hubungan-hubungan syaraf yang ada dalam visual cortex pada otak dan perubahan syaraf-syaraf pada bagian retina. Dengan adanya perubahan syaraf-syaraf tersebut, maka terjadilah perubahan ukuran lensa mata. Akomodasi sensitivitas kontras, dan ketajaman penglihatan penglihatan ini terus berkembang melalui pengalaman.
Ketajaman dan kejelasan penglihatan secara cepat terjadi pada usia 5-7 tahun dan 9-10 tahun. Pada usia 10 tahun inilah perkembangan puncak dari ketajaman penglihatan yang dapat diraih oleh anak.
Dilihat dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan, yakni: persepsi konstanitas ukuran (perception of size constanity), persepsi objek atau gambar pokok dan latar (perception of figure and ground), persepsi keseluruhan dan bagian (perception of whole and parts), persepsi ke dalaman (perception of depth), persepsi tilikan ruang (perception of spatial orientation), dan persepsi gerakan (perception of movement).
a. Persepsi Konstanitas Ukuran
Penafsiran yang tepat terhadap hasil pengamatan lingkungan membutuhkan persepsi yang konstan tentang ukuran. Persepsi konstansi ukuran adalah kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang konstan meskipun jaraknya bervariasi. Variasi jarak ini bisa membuat bayangan suatu objek menjadi lebih besar atau lebih kecil di saat diterima oleh retina. Namun dengan kemampuan persepsi konstansi ukuran, individu dapat mempersepsi bahwa benda itu ukurannya tetap meskipun kelihatannya lebih kecil karena jaraknya lebih jauh atau lebih besar karena jaraknya lebih dekat. Bagi anak yang belum memiliki kemampuan ini secara akurat, misalnya, mungkin akan mempersepsi kalau kapal terbang yang berada dalam jarak yang jauh sebagai benda yang kecil karena kelihatnnya kecil. Namun, bagi anak yang sudah memiliki kemampuan ini, kapal akan tetap dipersepsi sebagai benda yang besar meskipun kelihatannya kecil karena jaraknya yang jauh.
Secara lebih kompleks, persepsi jenis ini juga merupakan kemampuan untuk menimbang atau menilai secara akurat ukuran objek-objek yang berbeda dengan jarak pandang yang bervariasi pula. Pada umumnya, persepsi penimbangan-penimbangan ini berkembang dengan mencapai kematangannya pada rata-rata usia 11 tahun.
b. Persepsi tentang Objek atau Gambar Pokok dan Latarnya
Jenis kedua dari persepsi visual adalah persepsi tentang objek atau
gambar yang pokok dan latarnya (perception of figure and ground). Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek atau gambar yang berada atau tersimpan pada suatu latar yang membingungkan. Kemampuan seperti ini akan terlihat dalam gambar anak. Anak yang belum memiliki kemampuan ini akan menggambarkan dengan tidak beraturan. Misalnya, dalam gambar yang dibuatnya semua objeknya terlihat. Padahal mestinya ada bagian-bagian tertentu yang tidak terlihat karena tertutup bagian lain.
Kemampuan persepsi visual ini tampak meningkat dengan cepat dalam pertumbuhan anak, khususnya pada usia 4-6 tahun dan antara 6 dan 8 tahun. Anak seusia ini lazimnya dapat menempatkan item-item gambar pada suatu latar yang tepat, bila objek-objek tersebut familier baginya. Namun, ia mendapatkan kesulitan yang berarti bila gambarnya berupa bentuk-bentuk geometrik yang abstrak. Akhirnya, perkembangan keterampilan anak dalam aspek ini hampir mendekati keterampilan orang dewasa pada saat kira-kira berusia 8 tahun.
c. Persepsi Keseluruhan dan Bagian
Persepsi ini merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya. Proses ini memungkinkan individu untuk dapat menyadari suatu objek atau gambar baik secara parsial (bagian-bagian) maupun secara keseluruhan. Puncak perkembangan keterampilan mengintegrasikan bagian-bagian dan keseluruhan ke dalam gambar secara total ini
tercapai pada saat anak berusia menjelang 9 tahun.
d. Persepsi ke dalaman
Persepsi ini merupakan kemapuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek. Persepsi ke dalaman ini memerlukan ketajaman visual yang baik. Proses perkembangan persepsi ini berawal sejak bayi berumur 6 bulan dan mencapai kematangannya pada sekitar usia 10 tahun.
e. Orientasi Tilikan Ruang
Orientasi tilikan ruang (spatial orientation) merupakan kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal, dan mengukur dimensi ruang. Misalnya, seorang supir memiliki kemampuan untuk mengepas jalan di saat mengendarai mobil. Kemampuan ini juga sudah dikembangkan sejak bayi, namun selama usia SD kemampuan persepsi ini juga dipertajam melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh.
f. Persepsi Gerakan
Persepsi ini melibatkan kemampuan mrmperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan suatu objek oleh mata. Kemampuan persepsi ini juga sudah mulai dikembangkan sejak bayi tehadap gerakan horizontal, disusul terhadap gerakan vertikal, gerakan diagonal, dan terakhir terhadap gerakan berputar. Kematangan akurasi kemampuan anak dalam mengikuti gerakan-gerakan suatu objek ini tercapai pada sekitar usia 5-10 tahun (Haywood, 1977).
2. Persepsi Pendengaran
Pendengaran memberikan suatu kontribusi tersendiri dan cukup penting peranannya dalam proses perseptual. Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh bagian telinga. Bagian-bagian telinga tersebut berkembang sejak masa prenatal, khususnya telinga bagian dalam. Telinga bagian luar dan telinga bagian tengah terbentuk pada pertengahan kehidupan janin.
Pada awal kelahiran, pendengaran bayi sudah siap untuk digunakan. Kemudian, persepsi pendengaran ini berkembang secara cepat pada waktu masa seminggu pertama setelah kelahiran. Namun perkembangan ketajaman pendengaran selanjutnya terjadi selama masa anak-anak, bahkan masih berkembang pada masa remaja.
Seperti halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup beberapa dimensi, yaitu: persepsi lokasi pendengaran (perception of auditory location), persepsi perbedaan terhadap suara-suara yang mirip (perception of deverences in similar sounds), dan persepsi pendengaran pokok dan latarnya (perception of auditory figure and ground).
a. Persepsi Lokasi Pendengaran
Persepsi ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara. Misalnya, kalau si anak dipanggil dari sebelah kiri, maka ia akan menengok ke sebelah kiri, kalau ada pada langit-langit ada suara yang menakutkan, maka ia akan memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara tersebut. Dalam hal ini, anak mempersepsi arah sumber munculnya suara sehingga sehingga ia dapat menghubungkan suara itu dengan sumbernya. Pada usia 4-6 bulan pertama, bayi lazimnya sudah dapat memalingkan kepalanya ke arah datangnya suara, sedangkan pada usia 11-12 bulan, ia sudah dapat melokalisasi suara-suara yang berjarak. Kemampuan ini terus meningkat, hingga menjelang usia 3 tahun si anak mampu melokalisasi arah suara-suara secara umum. Namun aspek-aspek lokalisasi suara secara detail, seperti tingkat ambang suara dan lokalisasi sumber-sumber suara yang banyak, belum dapat dikuasai secara akurat pada masa anak.
b. Persepsi Perbedaan
Terkadang anak dibingungkan oleh dua suara yang mirip dalam hal nada, kekerasan, atau cara pengucapannya seperti antara “d” dan “t” atau antara “b” dan “p”. Bayi yang berusia 1-4 bulan sudah mampu membedakan suara-suara dasar, tetapi usia 3-5 tahun merupakan masa peningkatan akurasi dari pengenalan suara-suara yang berbeda. Pada usia 8-10 tahun, umumnya anak sudah memperoleh peningkatan yang sangat besar dalam kemampuan mereka untuk mendeteksi perbedaan suara-suara yang mirip, namun anak masih terus memperhalus keterampilan membedakan suara itu hingga sekurang-kurangnya berusia 13 tahun.
c. Persepsi Pendengaran Utama dan Latarnya
Kadang-kadang kita perlu memperhatikan suara-suara tertentu, sementara kita mendengarkan suara-suara lain yang tidak berhubungan. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan persepsi pendengaran utama dan latarnya. Misalnya, kita perlu mendengarkan suara guru yang sedang mengajar (a figure sound), sambil mengabaikan suara-suara gaduh yang datang dari luar kelas (background sounds). Dalam proses pendidikan, kemampuan persepsi ini tentunya penting sekali. Namun sayangnya, proses perkembangan aspek persepsi ini belum banyak diketahui.
3. Pekembangan Persepsi-persepsi Lainnya
Di samping dua persepsi pokok di atas penglihatan dan pendengaran, persepsi yang menggunakan indra-indra lainnya seperti sentuhan, penciuman, rasa, serta keseimbangan tubuh dan gerak juga mulai dikembangkan sejak bayi dilahirkan. Semua kemampuan persepsi tersebut mengalami perkembangan pesat pada masa bayi dan terus mengalami penghalusan dan penajaman hingga usia anak-anak.
Dalam hal sentuhan, janin bahkan sudah memiliki kepekaan sejak dalam kandungan. Kepekaan akan sentuhan ini terus meningkat selama beberapa hari pertama dari kelahiran. Dalam perkembangan selanjutnya, kepekaan akan sentuhan ini menjadi bagian penting dari beberapa gerak refleks adaptif yang diperlukan untuk kepentingan penyesuaian dengan lingkungan.
Berkenaan dengan rangsangan baru dan rasa, bayi yang baru lahir juga telah memiliki sensitivitas. Bayi umumnya lebih menyenangi bau yang menyenangkan daripada bau yang tidak menyenangkan. Unsure familieritas terhadap suatu objek juga turut meningkatkan sensitivitas bayi terhadap rangsangan bau dan rasa ini. Menurut Vasta at al (1992) bayi bahkan dapat membedakan bau badan ibunya dari bau wanita-wanita lainnya. Sama halnya, bayi juga dapat mengisap secara lebih keras untuk mendapatkan air susu atau zat cair manis lainnya. Bahkan beberapa jam setelah kelahiran, lazimnya bayi dapat juga membedakan rasa-rasa lainnya seperti masam, pahit, dan asin.
Meskipun hampir semua kemampuan-kemampuan dasar persepsi tersebut sudah dimiliki oleh bayi, bahkan beberapa di antaranya oleh janin yang masih dalam kandungan, pengembangan dan penghalusannya terus berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Dan, perkembangan puncak dari kemahiran dan ketajaman persepsi-persepsi tersebut lazimnya tercapai oleh anak pada masa usia SD.